catatan Probo Hindarto: Dua hari yang lalu sebuah koran harian Ibukota (harian Kontan) mengadakan interview dengan saya, yang kira-kira isinya dapat Anda temukan dalam artikel ini. . |
Pada masa modern ini, dimana hidup sehari-hari banyak dipengaruhi oleh budaya modern, kita bisa menyimak ada tren arsitektur yang mulai banyak hadir dalam bangunan rumah tinggal, yaitu tren gaya etnik. Secara etimologi (bahasa), etnik berarti populasi dengan kesamaan dalam budaya, nenek moyang atau kebiasaan tertentu. Dalam hal ini, gaya arsitektur etnik adalah yang mengadopsi kebudayaan lokal Indonesia. Akhir-akhir ini sering kita jumpai desain rumah maupun perumahan yang mengusung 'gaya etnik' sebagai gaya andalannya.
Apa itu gaya etnik?
Apa yang termasuk tren gaya etnik? Gaya arsitektur Bali termasuk gaya etnik yang digemari. Hal ini tidak mengherankan, karena Bali adalah tujuan wisata yang menyenangkan dan terkenal, serta memiliki pemandangan, resort dan fasilitas refreshing yang dicari banyak orang. Bali selalu mengingatkan kita pada resort, rekreasi, tempat wisata, pantai maupun hutan-hutan perawan dengan kehidupan sosial yang unik.
Rumah bergaya etnik Bali yang terkesan refreshing, karena Bali selalu mengingatkan kita pada suasana liburan dan rekreasi.
(foto; Probo Hindarto, astudio)
Tren gaya etnik lain seperti gaya Jawa, maupun gaya lokal lainnya seperti rumah panggung dari Kalimantan, Sumatera, Papua dan wilayah lainnya memiliki bentuk-bentuk dan ornamen khusus yang bisa membuat rumah kita semakin unik. Tren gaya etnik sebenarnya sudah mengalami pergeseran dari gaya tradisional yang sesungguhnya dalam masyarakat kita. Bila kita termasuk orang-orang modern dengan gaya hidup modern, maka kita cenderung memakai desain dengan pendekatan rancangan modern.
Seperti apa rancangan modern dalam rumah tinggal itu? Well, pertama saya ingin membandingkannya dengan rancangan rumah tradisional. Pernahkah Anda ingat, barangkali Anda pernah pergi ke suatu tempat di desa dan mengunjungi rumah yang kelihatannya cukup tradisional? Biasanya rumah-rumah tinggal didesa masih memegang teguh adat istiadat dalam menata rumah. Misalnya seperti ruang tamu harus didepan, dapur harus dibelakang. Pendopo menyambut tamu yang datang ke rumah. Inilah yang disebut hierarki, atau urutan ruang-ruang yang masih selalu digunakan oleh rumah tinggal yang penghuninya masih memegang teguh adat istiadat.
Rumah-rumah yang dirancang dengan 'pendekatan' modern ini biasanya tidak lagi menganut hierarki seperti rumah-rumah tradisional, bahkan penataan ruangnya sangat bebas. Ruang-ruang hanya dibangun bila dibutuhkan, dan tidak ada keharusan meletakkan ruang-ruang di mana. Dapur bisa berada didepan, kamar tidur bisa dibelakang sendiri, kamar mandi tidak perlu disembunyikan, bahkan menjadi bagian dari gaya hidup modern.
Dalam desain rumah modern; Dapur pun bisa berada di bagian depan rumah
Karena prinsip 'bentuk mengikuti fungsi', secara keren diungkapkan sebagai 'form follow function' yang diungkapkan oleh arsitek kenamaan modern Louis Sullivan, dapur bisa berada dibagian depan rumah, karena pilihan dari penghuni rumah tersebut. Gaya hidup modern yang menuntut serba cepat, praktis dan fungsional memungkinkan hal seperti; dapur harus berada didepan. Bayangkan sebuah kondisi; misalnya keluarga Anda semuanya sibuk. Sang Ayah harus bekerja, Sang Ibu bekerja pula, anak-anak sibuk sekolah atau kuliah. Maka pagi hari adalah saat-saat paling sibuk, dan sarapan harus dibuat dengan cepat, sehingga dapur akhirnya diletakkan didepan.
Hal ini adalah salah satu contoh saja bagaimana gaya hidup modern saat ini dapat mempengaruhi cara kita hidup dan akhirnya mempengaruhi desain rumah tinggal kita. Sebenarnya banyak contoh lainnya, seperti mulai banyak orang tidak lagi membutuhkan ruang tamu, karena lahan rumah sempit dan mereka jarang menerima tamu.
Mengadopsi gaya etnik dalam rumah modern
Gaya etnik kemudian diadopsi dalam rumah-rumah tinggal saat ini sebagai gaya arsitektur, seperti 'rumah bergaya Jawa', 'rumah bergaya Bali', dan sebagainya. Hal ini berarti; penataan dan desain denah rumah biasanya tetap mengikuti kebutuhan dalam hidup modern itu (ruang-ruangnya ditata secara fungsional, simple, dan mengikuti kebutuhan), sedangkan bentuk rumahnya mengadopsi gaya tradisional; sehingga muncullah genre baru dalam arsitektur rumah tinggal; yaitu rumah bergaya etnik
Furniture bertema etnik, yang menjadi keunikan tersendiri dalam rumah kita.
(foto; Probo Hindarto, astudio)
Patung bertema etnik seperti ini juga bisa menjadi unsur yang sangat menarik untuk memperindah rumah kita.
(foto; Probo Hindarto, astudio)
Gaya etnik tidak harus muncul secara utuh dalam rumah tinggal. Banyak orang berpendapat; memajang aksesoris dan ornamen hiasan rumah bertema etnik juga sudah mendukung sebuah gaya etnik. Misalnya, kita kebetulan memiliki rumah bergaya minimalis, lalu saat kita berjalan-jalan di Kalimantan kita menemukan sebuah patung bergaya etnik yang sepertinya menarik. Lalu kita pun membelinya dan memajang dalam rumah kita yang minimalis, hal ini berarti kita sudah mencoba memadukan gaya etnik dengan gaya modern. Berbagai aksesori dan hiasan bergaya etnik saat ini sudah banyak ditemui, seperti lukisan bergaya etnik, patung-patung bertema etnik, seperti patung Jawa, patung Asmat, dan sebagainya. Selain itu unsur kain, seperti batik, kain tradisional juga dapat digunakan sebagai aksen, misalnya memajangnya sebagai pengganti lukisan, atau dipakai sebagai taplak meja, diletakkan di punggung kursi sebagai aksen, dan sebagainya.
Gaya etnik yang lebih mendalam lagi, bisa diterapkan pada ornamen atau hiasan rumah. Misalnya kita menyukai ornamen atau hiasan pada kayu khas Sumatera, lalu kita menerapkannya pada kayu-kayu rumah kita, seperti pada lisplank (kayu dibawah genting), kayu pada penyangga teras, dan sebagainya. Ornamen atau hiasan bisa diterapkan secara lebih bebas.
Kesesuaian dengan gaya hidup modern
Apakah gaya etnik sesuai dengan kehidupan modern? Sebenarnya bila kita mengurut kembali gaya etnik ini dari kehidupan sehari-hari di tanah air, tentunya cukup sesuai kita menggunakan gaya etnik. Alasannya karena kita masih orang Indonesia yang bangga dengan tradisi kita. Menunjukkan bahwa kita masih 'orang Indonesia', meskipun kita sudah cukup modern.
Guci seperti ini, yang masih memiliki 'kesan etnik' dapat dipadukan dengan manis dengan rumah bergaya modern
(foto; Iyal Fahri, SAMM)
Hal ini berarti kita sebenarnya masih senang dan memiliki identitas sebagai orang Indonesia. Lagipula kita tidak harus memakai gaya etnik 'yang berat-berat' bukan? Hal-hal yang ringan-ringan saja seperti hiasan lukisan yang unik bertema etnik, atau patung bertema etnik bisa menjadi pajangan yang sangat menarik dalam ruangan di rumah kita, seperti ruang foyer, ruang tamu, ruang tidur, dan sebagainya.
Gaya etnik bisa menjadi gaya yang menarik untuk diterapkan dalam rumah tinggal kita. Ingin mencoba?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar